TEORI SOSIAL
Oleh : Ahyan syaraahiyya/04020220022 |Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
Apa itu Teori Sosial ?
Leon Bramson mendefinisikan Teori sosial dalam sebuah buku yang berjudul "A Guide to the sosial Sciences" (1966). Ia menyebutkan teori sosial adalah semua upaya untuk memahami watak dan sifat dari masyarakat dan bagaimana masyarakat bekerja. Dalam Sosiologi "Teori sosial berarti sebuah usaha yang menjelaskan fakta-fakta dunia fisik dengan memanfaatkan hukum hukum ilmu alam yang berkembang" (Bramson 1966: 185).
Teori sosial membahas konteks sosial dari tindakan manusia, dengan alasan bahwa cara kita bertindak dan keyakinan kita dihasilkan sebagian oleh struktur sosial tetapi juga dalam komunikasi antar individu dan dalam kelompok sosial.
Dalam sosiologi terdapat 3 Teori Utama Sosiologi yaitu
1. Teori fungsionalis
Teori ini dikemukakan oleh Emile Durkheim melalui pendekatan sistem. Dalam pendekatan membahas tentang masyarakat yang diibaratkan sebagai organisme hidup, seperti manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, dengan analisis menggunakan sebuah struktur yang saling berfungsi. Teori inimenjelaskan bahwa organisme hidup menyatu dalam suatu tatanan sistem yang masing-masing organ memiliki fungsi sendiri dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sehingga konsep ini secara umum menyajikan tentang konsep kerja sama dari masing-masing struktur untuk dapat berintegrasi secara harmonis. Sehingga dapat menciptakan suatu tatanan sosial yang melibatkan berbagai elemen.1
2. Teori Konflik dan Alienasi
Teori ini dikemukakan oleh karl max. Ia menjelaskan tentang bagaimana peran konflik dalam memicu terjadinya suatu perubahan.Terciptanya teori ini akibat dari konsep yang dibuat oleh kaum Borjuis, mereka menindas kaum proletar. Kaum borjuis ini mewakili perubahan radikal pada struktur masyarakat sehingga dianggap sebagai kaum revolusioner. Kaum borjuis ini menggunakan kekuasaannya dalam berbagai hal yang dapat berdampak pada perilaku diktator dengan mengeksploitasi kaum-kaum proletar.2
Teori ini berorientasi pada struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial di masyarakat. Dalam sudut pandang seperti ini, masyarakat yang terus-menerus berubah dan masing-masing bagian dalam masyarakat, berpotensi untuk menciptakan perubahan sosial. Dalam konteks pemeliharaan tatanan sosial, perspektif ini lebih menekankan pada peranan kekuasaan.
Karl Marx memandang bahwa teori konflik lahir dengan beberapa konsepsi yakni konsepsi tentang kelas sosial, perubahan sosial, kekuasaan dan negara dimana konsepsi-konsepsi tersebut saling berkesinambungan satu sama lain.3
3. Teori Interaksionisme Simbolik Max Weber
Komunikasi yang berlangsung dalam tatanan interpersonal tatap muka dialogis timbal balik dinamakan interaksi simbolik. Teori interaksionisme simbolik merupakan salah satu teori yang baru muncul setelah adanya teori aksi (action theory), yang dipelopori oleh Max Weber. Ia pertama kali mendefinisikan tindakan sosial sebagai sebuah perilaku manusia pada saat person memberikan suatu makna subjektif terhadap perilaku yang ada. Sebuah tindakan bermakna sosial manakala tindakan tersebut timbul dan berasal dari kesadaran subjektif dan mengandung makna intersubjektif. Artinya terkait dengan orang di luar dirinya.
Karakter dasar
dari teori interaksionisme simbolik adalah hubungan yang terjadi secara alami
antara manusia dalam masyarakat dan masyarakat dengan individu. Interaksi antar
individu berkembang melalui simbol- simbol yang mereka ciptakan. Simbolsimbol
ini meliputi gerak tubuh antara lain; suara atau vokal, gerakan fisik, ekspresi
tubuh atau bahasa tubuh, yang dilakukan dengan sadar. Hal ini disebut simbol.4